Rabu, 15 Desember 2010

PUASA AS-SUURA (PUASA 9,10,11 MUHARRAM)

Keutamaan Puasa di Hari Asyura (10 Muharram)

Oleh: Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
[Di dalam kitab beliau Riyadhus Shalihin, Al-Imam An-Nawawi -rahimahullah- membawakan tiga buah hadits yang berkenaan dengan puasa sunnah pada bulan Muharram, yaitu puasa hari Asyura / Asyuro (10 Muharram) dan Tasu’a (9 Muharram)]
Hadits yang Pertama
عن ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم صام يوم عاشوراء وأمر بصيامه. مُتَّفّقٌ عَلَيهِ
Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma-, “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan untuk berpuasa padanya”. (Muttafaqun ‘Alaihi).
Hadits yang Kedua
عن أبي قتادة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم سئل عن صيام يوم عاشوراء فقال: ((يكفر السنة الماضية)) رَوَاهُ مُسلِمٌ.
Dari Abu Qatadah -radhiyallahu ‘anhu-, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari ‘Asyura. Beliau menjawab, “(Puasa tersebut) Menghapuskan dosa satu tahun yang lalu”. (HR. Muslim)
Hadits yang Ketiga
وعن ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُما قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم: ((لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع)) رَوَاهُ مُسلِمٌ.
Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma- beliau berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada (hari) kesembilan” (HR. Muslim)
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa pada hari ‘Asyura, beliau menjawab, ‘Menghapuskan dosa setahun yang lalu’, ini pahalanya lebih sedikit daripada puasa Arafah (yakni menghapuskan dosa setahun sebelum serta sesudahnya –pent). Bersamaan dengan hal tersebut, selayaknya seorang berpuasa ‘Asyura (10 Muharram) disertai dengan (sebelumnya, ed.) Tasu’a (9 Muharram). Hal ini karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada yang kesembilan’, maksudnya berpuasa pula pada hari Tasu’a.
Penjelasan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk berpuasa pada hari sebelum maupun setelah ‘Asyura [1] dalam rangka menyelisihi orang-orang Yahudi karena hari ‘Asyura –yaitu 10 Muharram- adalah hari di mana Allah selamatkan Musa dan kaumnya, dan menenggelamkan Fir’aun dan para pengikutnya. Dahulu orang-orang Yahudi berpuasa pada hari tersebut sebagai syukur mereka kepada Allah atas nikmat yang agung tersebut. Allah telah memenangkan tentara-tentaranya dan mengalahkan tentara-tentara syaithan, menyelamatkan Musa dan kaumnya serta membinasakan Fir’aun dan para pengikutnya. Ini merupakan nikmat yang besar.
Oleh karena itu, setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tinggal di Madinah, beliau melihat bahwa orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura [2]. Beliau pun bertanya kepada mereka tentang hal tersebut. Maka orang-orang Yahudi tersebut menjawab, “Hari ini adalah hari di mana Allah telah menyelamatkan Musa dan kaumnya, serta celakanya Fir’aun serta pengikutnya. Maka dari itu kami berpuasa sebagai rasa syukur kepada Allah”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian”.
Kenapa Rasulullah mengucapkan hal tersebut? Karena Nabi dan orang–orang yang bersama beliau adalah orang-orang yang lebih berhak terhadap para nabi yang terdahulu. Allah berfirman,
إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ
“Sesungguhnya orang yang paling berhak dengan Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya dan nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman, dan Allah-lah pelindung semua orang-orang yang beriman”. (Ali Imran: 68)
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling berhak terhadap Nabi Musa daripada orang-orang Yahudi tersebut, dikarenakan mereka kafir terhadap Nabi Musa, Nabi Isa dan Muhammad. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa ‘Asyura dan memerintahkan manusia untuk berpuasa pula pada hari tersebut. Beliau juga memerintahkan untuk menyelisihi Yahudi yang hanya berpuasa pada hari ‘Asyura, dengan berpuasa pada hari kesembilan atau hari kesebelas beriringan dengan puasa pada hari kesepuluh (’Asyura), atau ketiga-tiganya. [3]
Oleh karena itu sebagian ulama seperti Ibnul Qayyim dan yang selain beliau menyebutkan bahwa puasa ‘Asyura terbagi menjadi tiga keadaan:
1. Berpuasa pada hari ‘Asyura dan Tasu’ah (9 Muharram), ini yang paling afdhal.
2. Berpuasa pada hari ‘Asyura dan tanggal 11 Muharram, ini kurang pahalanya daripada yang pertama. [4]
3. Berpuasa pada hari ‘Asyura saja, sebagian ulama memakruhkannya karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk menyelisihi Yahudi, namun sebagian ulama yang lain memberi keringanan (tidak menganggapnya makhruh). [5]
Wallahu a’lam bish shawab.
(Sumber: Syarh Riyadhis Shalihin karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin terbitan Darus Salam – Mesir, diterjemahkan Abu Umar Urwah Al-Bankawy, muraja’ah dan catatan kaki: Al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad Rifai)
CATATAN KAKI:
[1] Adapun hadits yang menyebutkan perintah untuk berpuasa setelahnya (11 Asyura’) adalah dha’if (lemah). Hadits tersebut berbunyi:
صوموا يوم عاشوراء و خالفوا فيه اليهود صوموا قبله يوما و بعده يوما . -
“Puasalah kalian hari ‘Asyura dan selisihilah orang-orang yahudi padanya (maka) puasalah sehari sebelumnya dan sehari setelahnya. (HR. Ahmad dan Al Baihaqy. Didhaifkan oleh As Syaikh Al-Albany di Dha’iful Jami’ hadits no. 3506)
Dan berkata As Syaikh Al Albany – Rahimahullah- di Silsilah Ad Dha’ifah Wal Maudhu’ah IX/288 No. Hadits 4297: Penyebutan sehari setelahnya (hari ke sebelas. pent) adalah mungkar, menyelisihi hadits Ibnu Abbas yang shahih dengan lafadz:
“لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع” .
“Jika aku hidup sampai tahun depan tentu aku akan puasa hari kesembilan”
Lihat juga kitab Zaadul Ma’ad 2/66 cet. Muassasah Ar-Risalah Th. 1423 H. dengan tahqiq Syu’aib Al Arnauth dan Abdul Qadir Al Arna’uth.
لئن بقيت لآمرن بصيام يوم قبله أو يوم بعده . يوم عاشوراء) .-
“Kalau aku masih hidup niscaya aku perintahkan puasa sehari sebelumnya (hari Asyura) atau sehari sesudahnya” ((HR. Al Baihaqy, Berkata Al Albany di As-Silsilah Ad-Dha’ifah Wal Maudhu’ah IX/288 No. Hadits 4297: Ini adalah hadits mungkar dengan lafadz lengkap tersebut.))
[2] Padanya terdapat dalil yang menunjukkan bahwa penetapan waktu pada umat terdahulu pun menggunakan bulan-bulan qamariyyah (Muharram s/d Dzulhijjah, Pent.) bukan dengan bulan-bulan ala Eropa (Jan s/d Des). Karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa hari ke sepuluh dari Muharram adalah hari di mana Allah membinasakan Fir’aun dan pengikutnya dan menyelamatkan Musa dan pengikutnya. (Syarhul Mumthi’ VI.)
[3] Untuk puasa di hari kesebelas haditsnya adalah dha’if (lihat no. 1) maka – Wallaahu a’lam – cukup puasa hari ke 9 bersama hari ke 10 (ini yang afdhal) atau ke 10 saja.
Asy-Syaikh Salim Bin Ied Al Hilaly mengatakan bahwa, “Sebagian ahlu ilmu berpendapat bahwa menyelisihi orang Yahudi terjadi dengan puasa sebelumnya atau sesudahnya. Mereka berdalil dengan hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam,
صوموا يوم عاشوراء و خالفوا فيه اليهود صوموا قبله يوما أو بعده يوما .
“Puasalah kalian hari ‘Asyura dan selisihilah orang-orang Yahudi padanya (maka) puasalah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya”.
Ini adalah pendapat yang lemah, karena bersandar dengan hadits yang lemah tersebut yang pada sanadnya terdapat Ibnu Abi Laila dan ia adalah jelek hafalannya.” (Bahjatun Nadhirin Syarah Riyadhus Shalihin II/385. cet. IV. Th. 1423 H Dar Ibnu Jauzi)
[4] (lihat no. 3)
[5] Asy-Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah mengatakan,
والراجح أنه لا يكره إفراد عاشوراء.
Dan yang rajih adalah bahwa tidak dimakruhkan berpuasa ‘Asyura saja. (Syarhul Mumthi’ VI)
Wallaahu a’lam.
PUASA ASYURA  Disalin dari Majalah As-Sunnah edisi 03/V/1421H-2001M
  Semoga bermanfaat bagi kita semua.
  Sejarah dan keutamaan Puasa Asyura
   
  Sesungguhnya hari Asyura (10 Muharram) meski merupakan hari bersejarah dan 
diagungkan, namun orang tidak boleh berbuat bid’ah di dalamnya. Adapun yg 
dituntunkan syariat kepada kita pd hari itu HANYANYAH BERPUASA, dengan dijaga 
agar jangan sampai tasyabbuh dengan orang Yahudi.
   
  “Orang-orang  Quraisy biasa berpuasa pd hari asyura di masa jahiliyyah, 
Rasulullah pun melakukannya pd masa jahiliyyah. Tatkala beliau sampai di 
Madinah beliau berpuasa pd hari itu dan memerintahkan umatnya utk berpuasa.” 
(HSR Bukhari 3/454, 4/102, 244, 7/ 147 Muslim 2/792, dll)
   
  “Nabi tiba di Madinah, kemudian beliau melihat orang2 Yahudi berpuasa pd hari 
asyura. Beliau bertanya:”Apa ini?” Mereka menjawab:”Sebuah hari yg baik, ini 
adlh hari dimana Allah menyelamatkan Bani Israil dr musuh mereka, mk Musa 
berpuasa pd hari itu sbg wujud syukur. Maka beliau rasulullah menjawab:”Aku 
lebih berhak thd Musa drpd kalian(Yahudi), mk kami akan berpuasa pd hari itu 
sbg bentuk pengagungan kami thd hari itu.” (HSR Bukhari 4/244, 6/429)
   
  “Rasulullah ditanya ttg puasa Asyura, beliau menjawab:”Puasa itu bias 
menghapuskan dosa2 kecil pd thn kemaren.”(HSR Muslim 2/818-819)
   
  Cara Berpuasa di Hari Asyura
   
  1.  Berpuasa selama 3 hari tgl 9, 10, dan 11 Muharram
   
  Berdsrkan  hadits Ibnu Abbas yg diriwayatkan oleh Imam Ahmad dng lafadz 
sbgmana telah disebutkan oleh Ibnul Qayyim dlm al-Huda dan al-Majd Ibnu 
Taimiyyah dlm al-Muntaqa 2/2:
   
  “Selisihilah orang yahudi dan berpuasalah sehari sebelum dan setelahnya.”
   
  Dan pd riwayat ath-Thahawi menurut penuturan pengarang al-Urf asy-Syadzi:
   
  “Puasalah pd hari Asyura dan berpuasalah sehari sebelum dan setelahnya dan 
jnglah kalian menyerupai orang Yahudi.”
   
  Namun di dlmnya sanadnya ada rawi yg diperbincangkan. Ibnul Qayyim berkata 
(dlm Zaadud Ma’al 2/76):”Ini adlh derajat yg paling sempurna.” Syaikh Abdul Haq 
ad-Dahlawi mengatakan:”Inilah yg Utama.”
   
  Ibnu Hajar did lm Fathul Bari 4/246 juga mengisyaratkan keutamaan ini. Dan 
termsk yg memilih pendapat puasa 3 hari tsb adalah asy-Syaukani (Nailul Authar 
4/245) dan Syaikh Muh Yusuf al-Banury dlm Ma’rifus Sunan 5/434.
  Namun mayoritas ulama yg memilih cara ini adl lebih dimaksudkan utk berhati2. 
Ibnul Qudamah did lm al-Mughni 3/174 menukil pendapat Imam Ahmad yg memilih 
puasa 3 hari pd saat timbul kerancuan dlm menentukan awal bulan.
   
  2.  Berpuasa tgl 9 10 Muharram
   
  Mayoritas Hadits menunjukkan cara ini:
   
  Rasulullah berpuasa pd hari asyura dan memerintahkan berpuasa. ?Para shahabat 
berkata:”Ya Rasulullah, sesungguhnya hari itu diagungkan oleh Yahudi.” Beliau 
bersabda:”Di thn depan insyaAllah kita akan berpuasa pd tgl 9.”, tetapi sebelum 
datang thn depan Rasulullah telah wafat.” (HSR Muslim 2/798)
   
  Dlm riwayat lain:”Jk aku masih hidup pd thn depan, sungguh aku akan 
melaksanakan puasa pd hari kesembilan.”(HSR Muslim 2/798; Ibnu Majah, Ahmad, 
Tabrani dll)
   
  Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata dlm Fathul Baari 4/245 :”Keinginan beliau utk 
berpuasa pd tgl 9 mengandung kemungkinan bahwa beliau tdk hanya berpuasa pd tgl 
9 saja, namun juga ditambahkan pd hari kesepuluh. Kemungkinan dimaksudkan utk 
berhati2 dan mungkin juga utk menyelisihi kaum Yahudi dan Nashara, kemungkinan 
kedua inilah yg lebih kuat, yg itu ditunjukkan sebagian riwayat Muslim:
   
  “Dari ‘Atha’, dia mendengar Ibnu Abbas berkata:”Selisihilan Yahudi, 
berpuasalah pd tgl 9 dan 10.” (Abdurrazaq, Thahawi, Baihaqi, dll)
   
  3.  Berpuasa pd tgl 9 10 atau 10 11 Muharram
   
  “Berpuasalah pd hari asyura dan selisihilah orang Yahudi, puasalah sehari 
sebelumnya atau sehari setelahnya.”(Hadits DHOIF, riwayat Ahmad, Ibnu 
Khuzaimah, Thahawi)
   
  Hadits marfu’ ini tdk shahih krn ada 3 illat (cacat):
  -         Ibnu ABi Laila, lemah krn hafalannya buruk.
  -         Dawud bin Ali bin Abdullah bin Abbas, bukan hujjah
  -         Perawi sanad hadits tsb scr mauquf lebih tsiqah dan lebih hafal 
drpd perawi jalan/sanad marfu’
   
  Jd hadits diatas Shahih scr mauquf sbgmana dlm as-Sunan al-Ma’tsurah karya 
As-Syafi’I no 338 dan Ibnu Jarir ath-Thabari dlm Tahdzibul Atsar 1/218.
   
  Ibnu rajab berkata (Lathaiful Ma’arif hal 49):”Dlm sebagian riwayat 
disebutkan ATAU SESUDAHNYA mk kata ATAU disini mungkin krn keraguan dari perawi 
atau memang menunjukkan kebolehan….”
   
  Al-Hafidz berkata (Fathul Baari):”Dan ini adl akhir perkara Rasulullah, 
dahulu beliau suka menyocoki ahli kitab dlm hal yg tdk ada perintah, lebih2 
bila hal itu menyelisihi orang2 musyrik. Maka setelah fathu Makah dan Islam 
menjd termahsyur, beliau suka menyelisihi ahli kitab sbgmn dlm hadits shoheh. 
Mk masalah puasa asyura termsk dlm hal itu. Mk pertama kali beliau menyocoki 
ahli kitab dan berkata:”Kami lebih berhak atas Musa drpd kalian.”, kemudian 
beliau menyukai menyelisihi ahli kitab, mk beliau menambah sehari sebelum ATAU 
sesudahnya utk menyelisihi ahli kitab.”
   
  Ar-Rafi’I berkata (at-Talhish al-Habir 2/213):”berdskan ini, seandainya tdk 
berpuasa pd tgl 9 mk dianjurkan utk berpuasa pd tgl 11.”
   
  4.   Berpuasa pd tgl 10 Muharram saja
   
  Al-Hafidz berkata (Fathul Baari):”Puasa asyura mempunyai 3 tingkatan, yg 
terendah berpuasa sehari saja, tingkatan diatasnya ditambahpuasa pd tgl 9, dan 
tingkatan diatasnya ditambah puasa pd tgl 9 dan 11. Wallahu a’lam.”
   
   
  Bid’ah2 di hari asyura’
   
    
   Shalat dan dzikir2 khusus, sholat ini disebut dng sholat asyura   
   Mandi, bercelak, memakai minyak rambut, mewarnai kuku, dan menyemir rambut.  
 
   Membuat makanan khusus yg tdk seperti biasanya.   
   membakar kemenyan.   
   Sersusah2 dlm kehausan dan menampakkan kesusahannya itu.   
   Doa awal dan akhir tahun yg dibaca pd malam akhir tahun dan awal tahun 
(majmu’ Syarif)   
   Menentukan berinfaq dan memberi makan orang2 miskin   
   Memberi uang belanja lebih kpd keluarga.   
   As-Subki berkata (ad-Din al-Khalish 8/417):”Adapun pernyataan sebag orang yg 
menganjurkan setelah mandi hari ini (10 Muharram) utk ziarah kpd orang alim, 
menengok orang sakit, mengusap kepala anak yatim, memotong kuku membaca 
al-Fatihah seribu kali dan bersilaturahmi mk TDK ADA dalil yg menunjukkan 
keutamaan amal2 itu jk dikerjakan pd hari asyura. YG BENAR amalan2 ini 
diperintahkan oleh syariat di setiap saat, adapun MENGKHUSUSKAN di hari asyura 
mk hukumnya adlah bid’ah.”
   
  Perhatikan!!
   
  Hadits :”Barangsiapa memberi kelonggaran pd hari asyura, niscaya Allah akan 
memberikan kelonggaran kpdnya sepanjang tahun.”
   
  Hadits diatas adlh BATHIL. Imam Ahmad berkata:”Hadits ini tdk sah/bathil.”
   
  Hadits : “Barangsiapa mandi dan bersuci pd hari asyura mk tdk akan sakit di 
tahun itu kecuali sakit yg menyebabkan pd kematian.”
   
  Hadits diatas adalah Palsu, buatan para pembunuh Husain.
   
  Hadits : “Barangsiapa bercelak dng batu ismid di hari asyura mk matanya tdk 
akan pernah sakit selamanya.”
   
  Mk ulama seperti Ibnu Rajab, az-Zakarsyi dan as-Sakhawi menilai hadits diatas 
adlah maudhu’/palsu.
   
  Demikianlah sedikit pembahasan tentang hari asyura’. Semoga kita biasa 
mengamalkan sunnah dan meninggalkan bid’ah. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar