Rabu, 15 Desember 2010

PUASA AS-SUURA (PUASA 9,10,11 MUHARRAM)

Keutamaan Puasa di Hari Asyura (10 Muharram)

Oleh: Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
[Di dalam kitab beliau Riyadhus Shalihin, Al-Imam An-Nawawi -rahimahullah- membawakan tiga buah hadits yang berkenaan dengan puasa sunnah pada bulan Muharram, yaitu puasa hari Asyura / Asyuro (10 Muharram) dan Tasu’a (9 Muharram)]
Hadits yang Pertama
عن ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم صام يوم عاشوراء وأمر بصيامه. مُتَّفّقٌ عَلَيهِ
Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma-, “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan untuk berpuasa padanya”. (Muttafaqun ‘Alaihi).
Hadits yang Kedua
عن أبي قتادة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم سئل عن صيام يوم عاشوراء فقال: ((يكفر السنة الماضية)) رَوَاهُ مُسلِمٌ.
Dari Abu Qatadah -radhiyallahu ‘anhu-, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari ‘Asyura. Beliau menjawab, “(Puasa tersebut) Menghapuskan dosa satu tahun yang lalu”. (HR. Muslim)
Hadits yang Ketiga
وعن ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُما قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم: ((لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع)) رَوَاهُ مُسلِمٌ.
Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma- beliau berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada (hari) kesembilan” (HR. Muslim)
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa pada hari ‘Asyura, beliau menjawab, ‘Menghapuskan dosa setahun yang lalu’, ini pahalanya lebih sedikit daripada puasa Arafah (yakni menghapuskan dosa setahun sebelum serta sesudahnya –pent). Bersamaan dengan hal tersebut, selayaknya seorang berpuasa ‘Asyura (10 Muharram) disertai dengan (sebelumnya, ed.) Tasu’a (9 Muharram). Hal ini karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada yang kesembilan’, maksudnya berpuasa pula pada hari Tasu’a.
Penjelasan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk berpuasa pada hari sebelum maupun setelah ‘Asyura [1] dalam rangka menyelisihi orang-orang Yahudi karena hari ‘Asyura –yaitu 10 Muharram- adalah hari di mana Allah selamatkan Musa dan kaumnya, dan menenggelamkan Fir’aun dan para pengikutnya. Dahulu orang-orang Yahudi berpuasa pada hari tersebut sebagai syukur mereka kepada Allah atas nikmat yang agung tersebut. Allah telah memenangkan tentara-tentaranya dan mengalahkan tentara-tentara syaithan, menyelamatkan Musa dan kaumnya serta membinasakan Fir’aun dan para pengikutnya. Ini merupakan nikmat yang besar.
Oleh karena itu, setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tinggal di Madinah, beliau melihat bahwa orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura [2]. Beliau pun bertanya kepada mereka tentang hal tersebut. Maka orang-orang Yahudi tersebut menjawab, “Hari ini adalah hari di mana Allah telah menyelamatkan Musa dan kaumnya, serta celakanya Fir’aun serta pengikutnya. Maka dari itu kami berpuasa sebagai rasa syukur kepada Allah”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian”.
Kenapa Rasulullah mengucapkan hal tersebut? Karena Nabi dan orang–orang yang bersama beliau adalah orang-orang yang lebih berhak terhadap para nabi yang terdahulu. Allah berfirman,
إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ
“Sesungguhnya orang yang paling berhak dengan Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya dan nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman, dan Allah-lah pelindung semua orang-orang yang beriman”. (Ali Imran: 68)
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling berhak terhadap Nabi Musa daripada orang-orang Yahudi tersebut, dikarenakan mereka kafir terhadap Nabi Musa, Nabi Isa dan Muhammad. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa ‘Asyura dan memerintahkan manusia untuk berpuasa pula pada hari tersebut. Beliau juga memerintahkan untuk menyelisihi Yahudi yang hanya berpuasa pada hari ‘Asyura, dengan berpuasa pada hari kesembilan atau hari kesebelas beriringan dengan puasa pada hari kesepuluh (’Asyura), atau ketiga-tiganya. [3]
Oleh karena itu sebagian ulama seperti Ibnul Qayyim dan yang selain beliau menyebutkan bahwa puasa ‘Asyura terbagi menjadi tiga keadaan:
1. Berpuasa pada hari ‘Asyura dan Tasu’ah (9 Muharram), ini yang paling afdhal.
2. Berpuasa pada hari ‘Asyura dan tanggal 11 Muharram, ini kurang pahalanya daripada yang pertama. [4]
3. Berpuasa pada hari ‘Asyura saja, sebagian ulama memakruhkannya karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk menyelisihi Yahudi, namun sebagian ulama yang lain memberi keringanan (tidak menganggapnya makhruh). [5]
Wallahu a’lam bish shawab.
(Sumber: Syarh Riyadhis Shalihin karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin terbitan Darus Salam – Mesir, diterjemahkan Abu Umar Urwah Al-Bankawy, muraja’ah dan catatan kaki: Al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad Rifai)
CATATAN KAKI:
[1] Adapun hadits yang menyebutkan perintah untuk berpuasa setelahnya (11 Asyura’) adalah dha’if (lemah). Hadits tersebut berbunyi:
صوموا يوم عاشوراء و خالفوا فيه اليهود صوموا قبله يوما و بعده يوما . -
“Puasalah kalian hari ‘Asyura dan selisihilah orang-orang yahudi padanya (maka) puasalah sehari sebelumnya dan sehari setelahnya. (HR. Ahmad dan Al Baihaqy. Didhaifkan oleh As Syaikh Al-Albany di Dha’iful Jami’ hadits no. 3506)
Dan berkata As Syaikh Al Albany – Rahimahullah- di Silsilah Ad Dha’ifah Wal Maudhu’ah IX/288 No. Hadits 4297: Penyebutan sehari setelahnya (hari ke sebelas. pent) adalah mungkar, menyelisihi hadits Ibnu Abbas yang shahih dengan lafadz:
“لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع” .
“Jika aku hidup sampai tahun depan tentu aku akan puasa hari kesembilan”
Lihat juga kitab Zaadul Ma’ad 2/66 cet. Muassasah Ar-Risalah Th. 1423 H. dengan tahqiq Syu’aib Al Arnauth dan Abdul Qadir Al Arna’uth.
لئن بقيت لآمرن بصيام يوم قبله أو يوم بعده . يوم عاشوراء) .-
“Kalau aku masih hidup niscaya aku perintahkan puasa sehari sebelumnya (hari Asyura) atau sehari sesudahnya” ((HR. Al Baihaqy, Berkata Al Albany di As-Silsilah Ad-Dha’ifah Wal Maudhu’ah IX/288 No. Hadits 4297: Ini adalah hadits mungkar dengan lafadz lengkap tersebut.))
[2] Padanya terdapat dalil yang menunjukkan bahwa penetapan waktu pada umat terdahulu pun menggunakan bulan-bulan qamariyyah (Muharram s/d Dzulhijjah, Pent.) bukan dengan bulan-bulan ala Eropa (Jan s/d Des). Karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa hari ke sepuluh dari Muharram adalah hari di mana Allah membinasakan Fir’aun dan pengikutnya dan menyelamatkan Musa dan pengikutnya. (Syarhul Mumthi’ VI.)
[3] Untuk puasa di hari kesebelas haditsnya adalah dha’if (lihat no. 1) maka – Wallaahu a’lam – cukup puasa hari ke 9 bersama hari ke 10 (ini yang afdhal) atau ke 10 saja.
Asy-Syaikh Salim Bin Ied Al Hilaly mengatakan bahwa, “Sebagian ahlu ilmu berpendapat bahwa menyelisihi orang Yahudi terjadi dengan puasa sebelumnya atau sesudahnya. Mereka berdalil dengan hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam,
صوموا يوم عاشوراء و خالفوا فيه اليهود صوموا قبله يوما أو بعده يوما .
“Puasalah kalian hari ‘Asyura dan selisihilah orang-orang Yahudi padanya (maka) puasalah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya”.
Ini adalah pendapat yang lemah, karena bersandar dengan hadits yang lemah tersebut yang pada sanadnya terdapat Ibnu Abi Laila dan ia adalah jelek hafalannya.” (Bahjatun Nadhirin Syarah Riyadhus Shalihin II/385. cet. IV. Th. 1423 H Dar Ibnu Jauzi)
[4] (lihat no. 3)
[5] Asy-Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah mengatakan,
والراجح أنه لا يكره إفراد عاشوراء.
Dan yang rajih adalah bahwa tidak dimakruhkan berpuasa ‘Asyura saja. (Syarhul Mumthi’ VI)
Wallaahu a’lam.
PUASA ASYURA  Disalin dari Majalah As-Sunnah edisi 03/V/1421H-2001M
  Semoga bermanfaat bagi kita semua.
  Sejarah dan keutamaan Puasa Asyura
   
  Sesungguhnya hari Asyura (10 Muharram) meski merupakan hari bersejarah dan 
diagungkan, namun orang tidak boleh berbuat bid’ah di dalamnya. Adapun yg 
dituntunkan syariat kepada kita pd hari itu HANYANYAH BERPUASA, dengan dijaga 
agar jangan sampai tasyabbuh dengan orang Yahudi.
   
  “Orang-orang  Quraisy biasa berpuasa pd hari asyura di masa jahiliyyah, 
Rasulullah pun melakukannya pd masa jahiliyyah. Tatkala beliau sampai di 
Madinah beliau berpuasa pd hari itu dan memerintahkan umatnya utk berpuasa.” 
(HSR Bukhari 3/454, 4/102, 244, 7/ 147 Muslim 2/792, dll)
   
  “Nabi tiba di Madinah, kemudian beliau melihat orang2 Yahudi berpuasa pd hari 
asyura. Beliau bertanya:”Apa ini?” Mereka menjawab:”Sebuah hari yg baik, ini 
adlh hari dimana Allah menyelamatkan Bani Israil dr musuh mereka, mk Musa 
berpuasa pd hari itu sbg wujud syukur. Maka beliau rasulullah menjawab:”Aku 
lebih berhak thd Musa drpd kalian(Yahudi), mk kami akan berpuasa pd hari itu 
sbg bentuk pengagungan kami thd hari itu.” (HSR Bukhari 4/244, 6/429)
   
  “Rasulullah ditanya ttg puasa Asyura, beliau menjawab:”Puasa itu bias 
menghapuskan dosa2 kecil pd thn kemaren.”(HSR Muslim 2/818-819)
   
  Cara Berpuasa di Hari Asyura
   
  1.  Berpuasa selama 3 hari tgl 9, 10, dan 11 Muharram
   
  Berdsrkan  hadits Ibnu Abbas yg diriwayatkan oleh Imam Ahmad dng lafadz 
sbgmana telah disebutkan oleh Ibnul Qayyim dlm al-Huda dan al-Majd Ibnu 
Taimiyyah dlm al-Muntaqa 2/2:
   
  “Selisihilah orang yahudi dan berpuasalah sehari sebelum dan setelahnya.”
   
  Dan pd riwayat ath-Thahawi menurut penuturan pengarang al-Urf asy-Syadzi:
   
  “Puasalah pd hari Asyura dan berpuasalah sehari sebelum dan setelahnya dan 
jnglah kalian menyerupai orang Yahudi.”
   
  Namun di dlmnya sanadnya ada rawi yg diperbincangkan. Ibnul Qayyim berkata 
(dlm Zaadud Ma’al 2/76):”Ini adlh derajat yg paling sempurna.” Syaikh Abdul Haq 
ad-Dahlawi mengatakan:”Inilah yg Utama.”
   
  Ibnu Hajar did lm Fathul Bari 4/246 juga mengisyaratkan keutamaan ini. Dan 
termsk yg memilih pendapat puasa 3 hari tsb adalah asy-Syaukani (Nailul Authar 
4/245) dan Syaikh Muh Yusuf al-Banury dlm Ma’rifus Sunan 5/434.
  Namun mayoritas ulama yg memilih cara ini adl lebih dimaksudkan utk berhati2. 
Ibnul Qudamah did lm al-Mughni 3/174 menukil pendapat Imam Ahmad yg memilih 
puasa 3 hari pd saat timbul kerancuan dlm menentukan awal bulan.
   
  2.  Berpuasa tgl 9 10 Muharram
   
  Mayoritas Hadits menunjukkan cara ini:
   
  Rasulullah berpuasa pd hari asyura dan memerintahkan berpuasa. ?Para shahabat 
berkata:”Ya Rasulullah, sesungguhnya hari itu diagungkan oleh Yahudi.” Beliau 
bersabda:”Di thn depan insyaAllah kita akan berpuasa pd tgl 9.”, tetapi sebelum 
datang thn depan Rasulullah telah wafat.” (HSR Muslim 2/798)
   
  Dlm riwayat lain:”Jk aku masih hidup pd thn depan, sungguh aku akan 
melaksanakan puasa pd hari kesembilan.”(HSR Muslim 2/798; Ibnu Majah, Ahmad, 
Tabrani dll)
   
  Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata dlm Fathul Baari 4/245 :”Keinginan beliau utk 
berpuasa pd tgl 9 mengandung kemungkinan bahwa beliau tdk hanya berpuasa pd tgl 
9 saja, namun juga ditambahkan pd hari kesepuluh. Kemungkinan dimaksudkan utk 
berhati2 dan mungkin juga utk menyelisihi kaum Yahudi dan Nashara, kemungkinan 
kedua inilah yg lebih kuat, yg itu ditunjukkan sebagian riwayat Muslim:
   
  “Dari ‘Atha’, dia mendengar Ibnu Abbas berkata:”Selisihilan Yahudi, 
berpuasalah pd tgl 9 dan 10.” (Abdurrazaq, Thahawi, Baihaqi, dll)
   
  3.  Berpuasa pd tgl 9 10 atau 10 11 Muharram
   
  “Berpuasalah pd hari asyura dan selisihilah orang Yahudi, puasalah sehari 
sebelumnya atau sehari setelahnya.”(Hadits DHOIF, riwayat Ahmad, Ibnu 
Khuzaimah, Thahawi)
   
  Hadits marfu’ ini tdk shahih krn ada 3 illat (cacat):
  -         Ibnu ABi Laila, lemah krn hafalannya buruk.
  -         Dawud bin Ali bin Abdullah bin Abbas, bukan hujjah
  -         Perawi sanad hadits tsb scr mauquf lebih tsiqah dan lebih hafal 
drpd perawi jalan/sanad marfu’
   
  Jd hadits diatas Shahih scr mauquf sbgmana dlm as-Sunan al-Ma’tsurah karya 
As-Syafi’I no 338 dan Ibnu Jarir ath-Thabari dlm Tahdzibul Atsar 1/218.
   
  Ibnu rajab berkata (Lathaiful Ma’arif hal 49):”Dlm sebagian riwayat 
disebutkan ATAU SESUDAHNYA mk kata ATAU disini mungkin krn keraguan dari perawi 
atau memang menunjukkan kebolehan….”
   
  Al-Hafidz berkata (Fathul Baari):”Dan ini adl akhir perkara Rasulullah, 
dahulu beliau suka menyocoki ahli kitab dlm hal yg tdk ada perintah, lebih2 
bila hal itu menyelisihi orang2 musyrik. Maka setelah fathu Makah dan Islam 
menjd termahsyur, beliau suka menyelisihi ahli kitab sbgmn dlm hadits shoheh. 
Mk masalah puasa asyura termsk dlm hal itu. Mk pertama kali beliau menyocoki 
ahli kitab dan berkata:”Kami lebih berhak atas Musa drpd kalian.”, kemudian 
beliau menyukai menyelisihi ahli kitab, mk beliau menambah sehari sebelum ATAU 
sesudahnya utk menyelisihi ahli kitab.”
   
  Ar-Rafi’I berkata (at-Talhish al-Habir 2/213):”berdskan ini, seandainya tdk 
berpuasa pd tgl 9 mk dianjurkan utk berpuasa pd tgl 11.”
   
  4.   Berpuasa pd tgl 10 Muharram saja
   
  Al-Hafidz berkata (Fathul Baari):”Puasa asyura mempunyai 3 tingkatan, yg 
terendah berpuasa sehari saja, tingkatan diatasnya ditambahpuasa pd tgl 9, dan 
tingkatan diatasnya ditambah puasa pd tgl 9 dan 11. Wallahu a’lam.”
   
   
  Bid’ah2 di hari asyura’
   
    
   Shalat dan dzikir2 khusus, sholat ini disebut dng sholat asyura   
   Mandi, bercelak, memakai minyak rambut, mewarnai kuku, dan menyemir rambut.  
 
   Membuat makanan khusus yg tdk seperti biasanya.   
   membakar kemenyan.   
   Sersusah2 dlm kehausan dan menampakkan kesusahannya itu.   
   Doa awal dan akhir tahun yg dibaca pd malam akhir tahun dan awal tahun 
(majmu’ Syarif)   
   Menentukan berinfaq dan memberi makan orang2 miskin   
   Memberi uang belanja lebih kpd keluarga.   
   As-Subki berkata (ad-Din al-Khalish 8/417):”Adapun pernyataan sebag orang yg 
menganjurkan setelah mandi hari ini (10 Muharram) utk ziarah kpd orang alim, 
menengok orang sakit, mengusap kepala anak yatim, memotong kuku membaca 
al-Fatihah seribu kali dan bersilaturahmi mk TDK ADA dalil yg menunjukkan 
keutamaan amal2 itu jk dikerjakan pd hari asyura. YG BENAR amalan2 ini 
diperintahkan oleh syariat di setiap saat, adapun MENGKHUSUSKAN di hari asyura 
mk hukumnya adlah bid’ah.”
   
  Perhatikan!!
   
  Hadits :”Barangsiapa memberi kelonggaran pd hari asyura, niscaya Allah akan 
memberikan kelonggaran kpdnya sepanjang tahun.”
   
  Hadits diatas adlh BATHIL. Imam Ahmad berkata:”Hadits ini tdk sah/bathil.”
   
  Hadits : “Barangsiapa mandi dan bersuci pd hari asyura mk tdk akan sakit di 
tahun itu kecuali sakit yg menyebabkan pd kematian.”
   
  Hadits diatas adalah Palsu, buatan para pembunuh Husain.
   
  Hadits : “Barangsiapa bercelak dng batu ismid di hari asyura mk matanya tdk 
akan pernah sakit selamanya.”
   
  Mk ulama seperti Ibnu Rajab, az-Zakarsyi dan as-Sakhawi menilai hadits diatas 
adlah maudhu’/palsu.
   
  Demikianlah sedikit pembahasan tentang hari asyura’. Semoga kita biasa 
mengamalkan sunnah dan meninggalkan bid’ah. Amin.
Baca Selengkapnya - PUASA AS-SUURA (PUASA 9,10,11 MUHARRAM)

Kelebihan Ayat Kursi

Dari Anas bin Malik r.a. berkata, “Rasulullah S.A.W bersabda : Apabila seseorang dari umatku membaca ayat Kursi 12 kali, kemudian dia berwuduk dan mengerjakan solat subuh, nescaya Allah akan menjaganya dari kejahatan syaitan dan darjatnya sama dengan orang yang membaca seluruh al-Qur’an sebanyak tiga kali, dan pada hari kiamat ia akan diberi mahkota dari cahaya yang menyinari semua penghuni dunia.”
Berkata Anas bin Malik, “Ya Rasulullah, apakah hendak dibaca setiap hari?”
Sabda Rasulullah S.A.W, ” Tidak, cukuplah membacanya pada setiap hari Jumaat.”
Umat-umat dahulu hanya sedikit saja yang mempercayai rasul-rasul mereka dan itu pun apabila mereka melihat mukjizat secara langsung. Kita sebagai umat Islam tidak boleh ragu-ragu tentang apa yang diterangkan oleh Allah dan Rasul. Janganlah kita ragu-ragu tentang al-Qur’an, hadis dan sunnah Rasul kita. Janganlah kita menjadi seperti umat yang terdahulu yang mana mereka itu lebih suka banyak bertanya dan hendak melihat bukti-bukti terlebih dahulu sebelum mereka beriman.
Setiap satu yang dianjurkan oleh Rasulullah S.A.W kepada kita adalah untuk kebaikan kita sendiri. Rasulullah S.A.W menyuruh kita mengamalkan membaca surah Kursi. Kehebatan ayat ini telah ditearngkan dalam banyak hadis. Kehebatan ayat Kursi ini adalah untuk kita juga, yakni untuk menangkis gangguan syaitan dan kuncu-kuncunya di samping itu kita diberi pahala.
Begitu juga dengan surah al-Falaq, surah Yasin dan banyak lagi ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai keistimewaannya. Setiap isi al-Qur’an itu mempunyai kelebihan yang tersendiri. Oleh itu kita umat Islam, janganlah ada sedikit pun keraguan tentang ayat-ayat al-Qur’an, hadis Nabi dan sunnah Baginda S.A.W. Keraguan dan was-was itu datangnya dari syaitan.


Baca Selengkapnya - Kelebihan Ayat Kursi

Bagamana Sholat anda ?

Dalam sebuah hadis menerangkan bahwa Rasulullah S.A.W telah bersabda : “Barangsiapa yang mengabaikan solat secara berjemaah maka Allah S.W.T akan mengenakan 12 tindakan yang merbahaya ke atasnya. Tiga darinya akan dirasainya semasa di dunia ini antaranya :-
· Allah S.W.T akan menghilangkan berkat dari usahanya dan begitu juga terhadap rezekinya.
· Allah S.W.T mencabut nur orang-orang mukmin daripadanya.
· Dia akan dibenci oleh orang-orang yang beriman.
Tiga macam bahaya adalah ketika dia hendak mati, antaranya :
· Ruh dicabut ketika dia di dalam keadaan yang sangat haus walaupun ia telah meminum seluruh air laut.
· Dia akan merasa yang amat pedih ketika ruh dicabut keluar.
· Dia akan dirisaukan akan hilang imannya.
Tiga macam bahaya yang akan dihadapinya ketika berada di dalam kubur, antaranya :-
· Dia akan merasa susah terhadap pertanyaan malaikat mungkar dan nakir yang sangat menggerunkan.
· Kuburnya akan menjadi cukup gelap.
· Kuburnya akan menghimpit sehingga semua tulang rusuknya berkumpul (seperti jari bertemu jari).
Tiga lagi azab nanti di hari kiamat, antaranya :
· Hisab ke atsanya menjadi sangat berat.
· Allah S.W.T sangat murka kepadanya.
· Allah S.W.T akan menyiksanya dengan api neraka.
Rasulullah S.A.W. telah bersabda yang bermaksud : “Sesiapa yang memelihara solat, maka solat itu sebagai cahaya baginya, petunjuk dan jalan selamat dan barangsiapa yang tidak memelihara solat, maka sesungguhnya solat itu tidak menjadi cahaya, dan tidak juga menjadi petunjuk dan jalan selamat baginya.” (Tabyinul Mahaarim)
Rasulullah S.A.W telah bersabda bahwa : “10 orang solatnya tidak diterima oleh Allah S.W.T, antaranya :
1. Orang lelaki yang solat sendirian tanpa membaca sesuatu.
2. Orang lelaki yang mengerjakan solat tetapi tidak mengeluarkan zakat.
3. Orang lelaki yang menjadi imam, padahal orang yang menjadi makmum membencinya.
4. Orang lelaki yang melarikan diri.
5. Orang lelaki yang minum arak tanpa mahu meninggalkannya (Taubat).
6. Orang perempuan yang suaminya marah kepadanya.
7. Orang perempuan yang mengerjakan solat tanpa memakai tudung.
8. Imam atau pemimpin yang sombong dan zalim menganiaya.
9. Orang-orang yang suka makan riba’.
10. Orang yang solatnya tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan yang keji dan mungkar.”
Sabda Rasulullah S.A.W yang bermaksud : “Barang siapa yang solatnya itu tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar, maka sesungguhnya solatnya itu hanya menambahkan kemurkaan Allah S.W.T dan jauh dari Allah.”
Hassan r.a berkata : “Kalau solat kamu itu tidak dapat menahan kamu dari melakukan perbuatan mungkar dan keji, maka sesungguhnya kamu dianggap orang yang tidak mengerjakan solat. Dan pada hari kiamat nanti solatmu itu akan dilemparkan semula ke arah mukamu seperti satu bungkusan kain tebal yang buruk.”


Baca Selengkapnya - Bagamana Sholat anda ?

NASEHAT IMAM AL-GHOZALI : TENTANG YANG PALING ....

Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya lalu beliau mengajukan beberapa pertanyaan:
Imam Ghazali = Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?
Murid 1 = Orang tua
Murid 2 = Guru
Murid 3 = Teman
Murid 4 = Kaum kerabat
Imam Ghazali = Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahawa setiap yang bernyawa pasti akan mati (Surah Ali-Imran:185).

Imam Ghazali = Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini?
Murid 1 = Negeri Cina
Murid 2 = Bulan
Murid 3 = Matahari
Murid 4 = Bintang-bintang
Iman Ghazali = Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling jauh adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama.
Iman Ghazali = Apa yang paling besar di dunia ini?
Murid 1 = Gunung
Murid 2 = Matahari
Murid 3 = Bumi
Imam Ghazali = Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A’raf:179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka.
IMAM GHAZALI = Apa yang paling berat di dunia?
Murid 1 = Baja
Murid 2 = Besi
Murid 3 = Gajah
Imam Ghazali = Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab:72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah.
Imam Ghazali = Apa yang paling ringan di dunia ini?
Murid 1 = Kapas
Murid 2 = Angin
Murid 3 = Debu
Murid 4 = Daun-daun
Imam Ghazali = Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali di dunia ini adalah MENINGGALKAN SHOLAT. Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan sholat.
Imam Ghazali = Apa yang paling tajam sekali di dunia ini?
Murid-murid dengan serentak menjawab = Pedang
Imam Ghazali = Itu benar, tapi yang paling tajam sekali di dunia ini adalah LIDAH MANUSIA. Kerana melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.
Baca Selengkapnya - NASEHAT IMAM AL-GHOZALI : TENTANG YANG PALING ....

EMPAT NASEHAT UTAMA

Kubur Setiap Hari Menyeru Manusia Sebanyak Lima (5) Kali
  1. Aku rumah yang terpencil,maka kamu akan senang dengan selalu membaca Al-Quran.
  2. Aku rumah yang gelap,maka terangilah aku dengan selalu solat malam.
  3. Aku rumah penuh dengan tanah dan debu,bawalah amal soleh yang menjadi hamparan.
  4. Aku rumah ular berbisa,maka bawalah amalan Bismillah sebagai penawar.
  5. Aku rumah pertanyaan Munkar dan Nakir,maka banyaklah bacaan “Laa ilahaillallah, Muhammadar Rasulullah”, supaya kamu dapat jawaban kepadanya.

Lima Jenis Racun dan Lima Penawarnya
  1. Dunia itu racun,zuhud itu obatnya.
  2. Harta itu racun,zakat itu obatnya.
  3. Perkataan yang sia-sia itu racun,zikir itu obatnya.
  4. Seluruh umur itu racun, taat itu obatnya.
  5. Seluruh tahun itu racun,Ramadhan itu obatnya.
Nabi Muhammad S.A.W bersabda: Ada 4 di pandang sebagai ibu, yaitu:
  1. Ibu dari segala OBAT adalah SEDIKIT MAKAN.
  2. Ibu dari segala ADAB adalah SEDIKIT BERBICARA.
  3. Ibu dari segala IBADAT adalah TAKUT BUAT DOSA.
  4. Ibu dari segala CITA CITA adalah SABAR.
Orang Yang Tidak Melakukan Solat:
  • Subuh : Dijauhkan cahaya muka yang bersinar
  • Zuhur : Tidak diberikan berkah dalam rezekinya
  • Asar : Dijauhkan dari kesihatan/kekuatan
  • Maghrib : Tidak diberi santunan oleh anak-anaknya.
  • Isya : Dijauhkan kedamaian dalam tidurnya
Baca Selengkapnya - EMPAT NASEHAT UTAMA

SHOLAT DHUHA

Ada yang mengatakan bahwa shalat dhuha juga disebut shalat awwabin. Akan tetapi ada juga yang mengatakan bahwa keduanya berbeda karena shalat awwabin waktunya adalah antara maghrib dan isya.
Waktu shalat dhuha dimulai dari matahari yang mulai terangkat naik kira-kira sepenggelah dan berakhir hingga sedikit menjelang masuknya waktu zhuhur meskipun disunnahkan agar dilakukan ketika matahari agak tinggi dan panas agak terik.
Adapun diantara keutamaan atau manfaat shalat dhuha ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud dan Ahmad dari Abu Dzar bahwa Rasulullah saw bersabda,”Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab setiap kali bacaan tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh orang lain agar melakukan amal kebaikan adalah sedekah, melarang orang lain agar tidak melakukan keburukan adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu maka cukuplah mengerjakan dua rakaat shalat dhuha.”
Juga apa yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud dari Buraidah bahwa Rasulullah saw bersabda,”Dalam tubuh manusia itu ada 360 ruas tulang. Ia harus dikeluarkan sedekahnya untuk tiap ruas tulang tersebut.” Para sahabat bertanya,”Siapakah yang mampu melaksanakan seperti itu, wahai Rasulullah saw?” Beliau saw menjawab,”Dahak yang ada di masjid, lalu pendam ke tanah dan membuang sesuatu gangguan dari tengah jalan, maka itu berarti sebuah sedekah. Akan tetapi jika tidak mampu melakukan itu semua, cukuplah engkau mengerjakan dua rakaat shalat dhuha.”
Didalam riwayat lain oleh Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairoh berkata,”Nabi saw kekasihku telah memberikan tiga wasiat kepadaku, yaitu berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, mengerjakan dua rakaat dhuha dan mengerjakan shalat witir terlebih dahulu sebelum tidur.”
Jumhur ulama mengatakan bahwa shalat dhuha adalah sunnah bahkan para ulama Maliki dan Syafi’i menyatakan bahwa ia adalah sunnah muakkadah berdasarkan hadits-hadits diatas. Dan dibolehkan bagi seseorang untuk tidak mengerjakannya.
Berbeda dengan shalat shubuh maka tidak ada perbedaan dikalangan ulama bahwa ia adalah wajib bagi setiap muslim untuk melaksanakannya dan berdosa jika ditinggalkan. (baca : Cara Mengganti Shalat Yang Ditinggalkan).
Dengan demikian tidak dibenarkan bagi seorang yang hanya mengerjakan shalat dhuha yang kedudukannya sunnah sementara dirinya meninggalkan shalat shubuh yang kedudukannya lebih tinggi darinya yaitu wajib.
Shalat Dhuha adalah shalat sunnat yang dilakukan seorang muslim ketika matahari sedang naik.
Kira-kira, ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi) hingga waktu dzuhur.
Jumlah raka’at shalat dhuha bisa dengan 2,4,8 atau 12 raka’at. Dan dilakukan dalam satuan 2 raka’at sekali salam.
A. Tata Cara Shalat Dhuha
  1. Pada rakaat pertama setelah Al-Fatihah membaca surat Asy-Syams
  2. Pada rakaat kedua membaca surat Adh-Dhuha
Doa yang dibaca setelah shalat dhuha:
“Ya Allah, bahwasanya waktu Dhuha itu adalah waktu Dhuha-Mu, kecantikan ialah kecantikan-Mu, keindahan itu keindahan-Mu, dan perlindungan itu, perlindungan-Mu”. “Ya Allah, jika rezekiku masih di atas langit, turunkanlah dan jika ada di dalam bumi , keluarkanlah, jika sukar mudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika masih jauh dekatkanlah, berkat waktu Dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba-Mu yang shaleh”.
B. Rahasia dan Keutamaan shalat Dhuha
Hadits Rasulullah saw yang menceritakan tentang keutamaan shalat Dhuha, di antaranya:
1. Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusia
Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muahammad saw bersabda:
“Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala” (HR Muslim).
2. Ghanimah (keuntungan) yang besar
Dari Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata:
“Rasulullah saw mengirim sebuah pasukan perang. Nabi saw berkata: “Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!. Mereka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat jaraknya). Lalu Rasulullah saw berkata; “Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan cepat kembalinya? Mereka menjawab; “Ya! Rasul berkata lagi: “Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya.” (Shahih al-Targhib: 666)
3. Sebuah rumah di surga
Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muahammad saw:
“Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surge.” (Shahih al-Jami`: 634)
4. Memeroleh ganjaran di sore hari
Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata:
“Allah ta`ala berkata: “Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (Shahih al-Jami: 4339).
Dalam sebuah riwayat juga disebutkan: “Innallaa `azza wa jalla yaqulu: Yabna adama akfnini awwala al-nahar bi’arba`i raka`at ukfika bihinna akhira yaumika” (“Sesungguhnya Allah `Azza Wa Jalla berkata: “Wahai anak Adam, cukuplah bagi-Ku empat rakaat di awal hari, maka aku akan mencukupimu di sore harimu”).
Pahala Umrah
Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barangsiapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah….(Shahih al-Targhib: 673). Dalam sebuah hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda: “Barangsiapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna” (Shahih al-Jami`: 6346).
5. Ampunan Dosa

“Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (HR Tirmidzi)

Baca Selengkapnya - SHOLAT DHUHA

MAKNA IKHLAS

“Ikhlas itu adalah salah satu rahasia KU, yang AKU titipkan dalam hati seorang hamba-KU yang aku cintai…”
Ikhlas itu berarti sholat, ibadah, hidup dan matinya hanya bagi Allah (Lillahi Ta’ala), tempatnya dalam hati, bukan di mulut. Jadi kalau orang menyatakan dirinya ikhlas, itu tandanya tidak ikhlas.
Ikhlas itu dari hamba untuk Allah, sedangkan ridlo itu adalah respon kerelaan hamba atas sesuatu yang ditentukan oleh Allah. Jadi kita jika ingin belajar ikhlas, katakan kepada diri kita sendiri, “Jiwa saya hanya untukMu Allah”, setiap hari. Dan Allah Ta’ala juga mengajari dalam doa iftitah setiap sholat kita, bukan?
Namun, kita akan sulit melaksanakan itu manakala, kita tidak membuang halangan dan hambatan ikhlas itu sendiri. Para Ulama Sufi menegaskan, hambatan ikhlas itu ada tiga:
1. Melihat dan mengingat-ingat amal baik dan ibadahnya.
2. Meminta ganti rugi kepada Allah.
3. Puas terhadap amal ibadah yang telah di lakukan.
Tiga hal itu jika muncul dalam diri kita, itu merupakan pertanda tidak ikhlas. Karena jangan pernah melihat amal perbuatan yang sudah kita lakukan.
Lupakan saja kebaikan kita pada Allah maupun pada makhlukNya. Begitu juga jangan minta ganti rugi atas amal ibadah kita, minta ganti rugi pahala, syurga dan keuntungan lainnya kepada Allah. Itu tandanya tidak ikhlas. juga jangan puas, jangan bangga, jangan merasa sudah final.
Buanglah semua itu, agar hati kita setiap hari selalu baru.
Baca Selengkapnya - MAKNA IKHLAS

10 Muharam ?

Bulan Muharam merupakan satu-satunya bulan yang teristimewa kerana banyak peristiwa yang bersejarah pada bulan ini disamping pahala yang besar kepada siapa yang beribadah pada bulan ini seperti terdapat dalam satu hadist. “Siapa yang berpuasa pada hari Asyura (10 Muharam), maka Allah akan memberi kepadanya pahala sepuluh ribu malaikat dan juga akan diberi pahala sepuluh ribu orang berhaji dan berumrah dan sepuluh ribu orang mati syahid. Dan siapa yang mengusap kepala anak yatim pada hari Asyura, maka Allah akan menaikkan dengan tiap anak rambut satu darjat. Siapa yang memberi buka puasa pada  umat Muhammad saw dan mengenyangkan perut mereka.” Sahabat pun bertanya, “Ya Rasulullah, Allah telah melebihkan hari Asyura, dan menjadikan bukit dari lain-lain hari.” Jawab Rasulullah, “benar, Allah telah menjadikan langit dan bumi pada hari Asyura, dan menjadikan bukit-bukit pada hari Asyura dan menjadikan laut pada hari Asyura dan menjadikan Loh Mahfuz dan Qalam pada hari Asyura dan juga menjadikan Adam dan Hawa pada hari Asyura, dan menjadikan syurga dan neraka serta memasukkan Adam ke syurga pada hari Asyura, dan Allah menyelamatkannya dari api pada hari Asyura dan menyembuhkan dari bala pada Nabi Ayub.
Pada hari Asyura juga Allah memberi taubat kepada Adam dan diampunkan dosa Nabi Daud, juga kembalinya kerajaan Nabi Sulaiman pada hari Asyura dan kiamat akan terjadi pada hari Asyura.” Maka pada hari itu ( 10 Muharam) Nabi Adam dan Nabi Nuh a.s berpuasa kerana bersyukur kepada Allah kerana hari itu merupakan hari taubat mereka diterima oleh Allah setelah beratus-ratus tahun lamanya memohom ampunan.
Pada hari itu juga, hari pembebasan bagi orang-orang Islam yang telah sekian lama oleh Firaun, di mana hari itu mereka diselamatkan dari kejahatan dan kezaliman Firaun yang selama ini mengancam agama dan iman mereka. Dengan tenggelamnya Firaun, Haman, Qarun dan istana mereka bererti berakhirlah sudah kezaliman musuh-musuh Allah buat masa itu. Terselamatlah tentera Nabi Musa dari musuh dengan mukjizat yang Allah berikan, maka mereka berpuasa kerana kesyukuran yang tidak terhingga kepada Allah swt.
Banyak peristiwa bersejarah yang pada 10 Muharam ini, di mana pada hari inilah, Allah telah memuliakan Nabi-Nabi dengan sepuluh kehormatan.
1. Setelah beratus-ratus tahun meminta ampun dan taubat pada Allah, maka pada hari yang bersejarah 10 Muharam inilah, Allah telah menerima taubat Nabi Adam. Ini adalah satu penghormatan kepada Nabi Adam a.s.
2. Pada 10 Muharam juga, Nabi Idris a.s telah di bawa ke langit, sebagai tanda Allah menaikkan darjat
3. Pada 10 Muharam, berlabuhnya perahu Nabi Nuh a.s kerana banjir yang melanda seluruh alam di mana hanya ada 40 keluarga termasuk manusia binatang sahaja yang terselamat dari banjir tersebut. Kita merupakan cucu-cicit antara 40 keluarga tadi. Ini merupakan penghormatan kepada Nabi Nuh a.s kerana 40 keluarga ini yang selamat dan dipilih oleh Allah. Selain dari itu, mereka adalah orang-orang yang ingkar pada Nabi Nuh a.s.
4. Nabi Ibrahim dilahirkan pada 10 Muharam dan diangkat sebagai Khalilullah (kekasih Allah) dan juga hari di mana  diselamatkan dari api yang dinyalakan oleh Namrud. Nabi Ibrahim diberi penghormatan dengan Allah memerintahkan kepada api supaya menjadi sejuk dan tidak membakar Nabi Ibrahim. Maka terselamatlah Nabi Ibrahim dari  kekejamanNamrud.
5. Pada 10 Muharam ini juga Allah menerima taubat Nabi Daud kerana Nabi Daud merampas isteri orang walaupun sudah ada 99 orang isteri, masih lagi ingin isteri orang. Oleh kerana Nabi Daud telah membuatkan si suami rasa kecil hati, maka Allah turunkan dua malaikat menyamar sebagai manusia untuk menegur dan menyindir atas perbuatan Nabi Daud itu. Dengan itu sedarlah Nabi Daud atas perbuatannya dan memohon ampun pada Allah. Sebagai penghormatan kepada Nabi Daud a.s maka Allah mengampuninya pada 10 Muharam.
6. Pada 10 Muharam ini juga, Allah mengangkat Nabi Isa ke langit, di mana Allah telah mengganti Nabi Isa dengan Yahuza. Ini merupakan satu penghormatan kepada Nabi Isa dari kekejaman kaum Bani Israil.
7. Allah juga telah menyelamatkan Nabi Musa pada 10 Muharam daripada kekejaman Firaun dengan  mukjizat tongkat yang dapat menjadi ular besar yang memakan semua ular-ular ahli sihir dan menjadikan laut terbelah untuk dilalui oleh tentera Nabi Musa dan terkambus semula apabila dilalui oleh Firaun dan tenteranya. Maka tenggelamlah mereka di Laut Merah. Mukjizat yang dikurniakan Allah kepada Nabi Musa ini merupakan satu penghormatan kepada Nabi Musa a.s
8. Allah juga telah menenggelamkan Firaun, Haman dan Qarun serta kesemua harta-harta Qarun dalam bumi kerana kezaliman mereka. 10 Muharam, merupakan berakhirnya kekejaman Firaun buat masa itu.
9. Allah juga telah mengeluarkan Nabi Yunus dari perut ikan setelah berada selama 40 hari di dalamnya. Allah telah memberikan hukuman secara tidak langsung kepada Nabi Yunus dengan cara ikan Nun menelannya. Dan pada 10 Muharam ini, Allah mengurniakan penghormatan kepada baginda dengan mengampun dan mengeluarkannya dari perut ikan Nun.
10. Allah juga telah mengembalikan kerajaan Nabi Sulaiman a.s pada 10 Muharam sebagai penghormatan kepada baginda. Dengan itu, mereka berpuasa dan beribadah kepada Allah sebagai tanda kesyukuran kepada Allah swt. Nabi saw telah bersabda dengan maksudnya: “Saya dahulu telah menyuruh kamu berpuasa sebagai perintah wajib puasa Asyura, tetapi kini terserahlah kepada sesiapa yang suka berpuasa, maka dibolehkan berpuasa dan siapa yang tidak suka boleh meninggalkannya.”
Begitulah sabda Rasulullah di mana puasa pada hari Asyura ini sangat-sangat dituntut. Kalau tidak memberatkan umat baginda, maka diwajibkan. Oleh kerana takut memberatkan umatnya, maka hukumnya adalah sunah. 
Baca Selengkapnya - 10 Muharam ?

Keutamaan Sholat Tahajud

Keutamaan Sholat Lima Waktu. Dari Abi Huroiroh sesungguhnya Rosulallohi SAW bersabda “ bagaimana pendapatmu (para sohabat) seandainya ada sungai di depan pintu salah satu dari kamu, lalu orang itu mandi di sungai itu setiap hari lima kali, apakah tersisa suatu kotoran darinya?. Para sohabat menjawab “tidak ada sedikitpun kotoran tersisa ”. Nabi bersabda “ Seperti itulah perumpamaan sholat lima waktu, Alloh SWT melebur beberapa dosa hamba dengan (melakukan ) sholat lima waktu”. Saudara – saudara hadits riwayat Sunan Nasai juz 1 halaman 230-231 tersebut di atas menerangkan bagaimana seorang hamba mendapat ampunan beberapa dosa lantaran sholat lima waktu yang selalu rutin dia lakukan. Kalau disadari betul menurut ilmu agama, sebenarnya banyak hal yang dapat menjerumuskan anak Adam melakukan perbuatan dosa di mata Alloh SWT. Faktor yang menyebabkan terjadinya hal seperti demikian antara lain kekurangpahaman seorang hamba bahwa hal yang dilakukan merupakan sebuah dosa. Faktor lainnya adalah karena memang kepandaian syetan / iblis dalam menggoda anak Adam dengan membisikkan rayuan-rayuan maut menjadikan sebuah maksiyat tersasa lezat sehingga banyak orang yang terpikat. Betapa senangnya seorang hamba yang ingin selalu dekat kepada Alloh SWT berharap ridho dan takut akan murkaNYA, ternyata dengan Sifat Maha Penyayang Alloh SWT berkenan mengampuni beberapa kesalahan lantaran sholat wajib lima waktu. Ini merupakan kefadholan, disamping sholat lima waktu merupakan amalan yang paling awal dikoreksi di akhirat sebelum amalan yang lain. Betapa senangnya seorang hamba yang menyadari akan segala kekurangan dan kekhilafan menjadikan mudah melakukan kesalahan di mata Alloh SWT
dikutip dari  http://binanurani.com/keutamaan-sholat-lima-waktu/
keutamaam Shalat tahajud
Oleh : H. Sunaryo A.Y.
Shalat malam, bila shalat tersebut dikerjakan sesudah tidur, dinamakan shalat Tahajud, artinya terbangun malam. Jadi, kalau mau mengerjakansholat Tahajud, harus tidur dulu. Shalat malam ( Tahajud ) adalah kebiasaan orang-orang shaleh yang hatinya selalu berdampingan denganAllah SWT.
Berfirman Allah SWT di dalam Al-Qur’an :
“ Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji.”
(QS : Al-Isro’ : 79)
Shalat Tahajud adalah shalat yang diwajibkan kepada Nabi SAW sebelum turun perintah shalat wajib lima waktu. Sekarang shalat Tahajud merupakan shalat yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan .
Sahabat Abdullah bin
Salam mengatakan, bahwa Nabi SAW telah bersabda :
“ Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan berikanlah makanan serta sholat malamlah diwaktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk Sorga dengan selamat.”(HR Tirmidzi)
Bersabda Nabi Muhammad SAW :
“Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu malam” ( HR. Muslim )
Waktu Untuk Melaksanakan Sholat Tahajud :
Kapan afdhalnya shalat Tahajud dilaksanakan ? Sebetulnya waktu untuk melaksanakan shalat Tahajud ( Shalatul Lail ) ditetapkan sejak waktu Isya’ hingga waktu subuh ( sepanjang malam ). Meskipun demikian, ada waktu-waktu yang utama, yaitu :
1. Sangat utama : 1/3 malam pertama ( Ba’da Isya – 22.00 )
2. Lebih utama : 1/3 malam kedua ( pukul 22.00 – 01.00 )
3. Paling utama : 1/3 malam terakhir ( pukul 01.00 – Subuh )
Menurut keterangan yang sahih, saat ijabah (dikabulkannya do’a) itu adalah 1/3 malam yang terakhir. Abu Muslim bertanya kepada sahabat Abu Dzar : “ Diwaktu manakah yang lebih utama kita mengerjakan sholat malam?”
Sahabat Abu Dzar menjawab : “Aku telah bertanya kepada Rosulullah SAW sebagaimana engkau tanyakan kepadaku ini.” Rosulullah SAW bersabda :
“Perut malam yang masih tinggal adalah 1/3 yang akhir. Sayangnya sedikit sekali orang yang melaksanakannya.” (HR Ahmad)
Bersabda Rosulullah SAW :
“ Sesungguhnya pada waktu malam ada satu saat ( waktu. ). Seandainya seorang Muslim meminta suatu kebaikan didunia maupun diakhirat kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan memberinya. Dan itu berlaku setiap malam.” ( HR Muslim )
Nabi SAW bersabda lagi :
“Pada tiap malam Tuhan kami Tabaraka wa Ta’ala turun ( ke langit dunia ) ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Ia berfirman : “ Barang siapa yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaanya. Dan barang siapa meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.” ( HR Bukhari dan Muslim )
Jumlah Raka’at Shalat Tahajud :
Shalat malam (Tahajud) tidak dibatasi jumlahnya, tetapi paling sedikit 2 ( dua ) raka’at. Yang paling utama kita kekalkan adalah 11 ( sebelas ) raka’at atau 13 ( tiga belas ) raka’at, dengan 2 ( dua ) raka’at shalat Iftitah. Cara (Kaifiat) mengerjakannya yang baik adalah setiap 2 ( dua ) rakaat diakhiri satu salam. Sebagaimana diterangkan oleh Rosulullah SAW :“ Shalat malam itu, dua-dua.” ( HR Ahmad, Bukhari dan Muslim )
Adapun Kaifiat yang diterangkan oleh Sahabat Said Ibnu Yazid, bahwasannya Nabi Muhammad SAW shalat malam 13 raka’at, sebagai berikut :
1) 2 raka’at shalat Iftitah.
2) 8 raka’at shalat Tahajud.
3) 3 raka’at shalat witir.
Adapun surat yang dibaca dalam shalat Tahajud pada raka’at pertama setelah surat Al-Fatihah ialah Surat Al-Baqarah ayat 284-286. Sedangkan pada raka’at kedua setelah membaca surat Al-Fatihah ialah surat Ali Imron 18-19 dan 26-27. Kalau surat-surat tersebut belum hafal, maka boleh membaca surat yang lain yang sudah dihafal.Rasulullah SAW bersabda :
“Allah menyayangi seorang laki-laki yang bangun untuk shalat malam, lalu membangunkan istrinya. Jika tidak mau bangun, maka percikkan kepada wajahnya dengan air. Demikian pula Allah menyayangi perempuan yang bangun untuk shalat malam, juga membangunkan suaminya. Jika menolak, mukanya
disiram air.” (HR Abu Daud)
Bersabda Nabi SAW :
“Jika suami membangunkan istrinya untuk shalat malam hingga
keduanya shalat dua raka’at, maka tercatat keduanya dalam golongan (perempuan/laki-laki) yang selalu berdzikir.”(HR Abu Daud)
Keutamaan Shalat Tahajud :
Tentang keutamaan shalat Tahajud tersebut, Rasulullah SAW suatu hari bersabda : “Barang siapa mengerjakan shalat Tahajud dengan
sebaik-baiknya, dan dengan tata tertib yang rapi, maka Allah SWT akan memberikan 9 macam kemuliaan : 5 macam di dunia dan 4 macam di akhirat.”
Adapun lima keutamaan didunia itu, ialah :
1. Akan dipelihara oleh Allah SWT dari segala macam bencana.
2. Tanda ketaatannya akan tampak kelihatan dimukanya.
3. Akan dicintai para hamba Allah yang shaleh dan dicintai oleh
semua manusia.
4. Lidahnya akan mampu mengucapkan kata-kata yang mengandung hikmah.
5. Akan dijadikan orang bijaksana, yakni diberi pemahaman dalam agama.
Sedangkan yang empat keutamaan diakhirat, yaitu :
1. Wajahnya berseri ketika bangkit dari kubur di Hari Pembalasan nanti.
2. Akan mendapat keringanan ketika di hisab.
3. Ketika menyebrangi jembatan Shirotol Mustaqim, bisa melakukannya dengan sangat cepat, seperti halilintar yang menyambar.
4. Catatan amalnya diberikan ditangan kanan.
(Bahan (materi) di ambil dari buku “RAHASIA SHALAT SUNNAT”
dikutip dari:http://tahajudcallmq.wordpress.com/2007/08/20/%E2%80%9C-keutamaan-shalat-tahajud-%E2%80%9D/
Baca Selengkapnya - Keutamaan Sholat Tahajud

Tanda-Tanda Kematian

Tanda-tanda kematian
1. 100 hari : Seluruh badan rasa bergegar.
2. 60 hari : Pusat rasa bergerak-gerak.
3. 40 hari : Daun dengan nama orang yang akan mati di arash akan jatuh dan malaikat maut pun datang kepada orang dengan nama tersebut lalu mendampinginya sehingga saat kematiannya. Kadang-kadang orang yang akan mati itu akan merasa atau nampak kehadiran malaikat maut tersebut dan akan sering kelihatan seperti sedang rungsing.

4. 7 hari : Mengidam makanan.
5. 5 hari : Anak lidah bergerak-gerak.
6. 3 hari : Bahagian tengah di dahi bergerak-gerak.
7. 2 hari : Seluruh dahi rasa bergerak-gerak.
8. 1 hari : Terasa bahagian ubun bergerak-gerak di antara waktu subuh dan ashar.
9. Saat akhir : Terasa sejuk dari bahagian pusat hingga ke tulang solbi (di bahagian belakang badan) Seelok-eloknya bila sudah merasa tanda yang akhir sekali, mengucap dalam keadaan qiam and jangan lagi bercakap-cakap.


******Bila Malaikat Mencabut Nyawa******
Baginda Rasullullah S.A.W bersabda :
“Apabila telah sampai ajal seseorang itu maka akan masuklah satu kumpulan malaikat ke dalam lubang-lubang kecil dalam badan dan kemudian mereka menarik rohnya melalui kedua-dua telapak kakinya sehingga sampai ke lutut. Setelah itu datang pula sekumpulan malaikat yang lain masuk menarik roh dari lutut hingga sampai ke perut dan kemudiannya mereka keluar. Datang lagi satu kumpulan malaikat yang lain masuk dan menarik rohnya dari perut hingga sampai ke dada dan kemudiannya mereka keluar. Dan akhir sekali datang lagi satu kumpulan malaikat masuk dan menarik roh dari dadanya hingga sampai ke kerongkong dan itulah yang dikatakan saat nazak orang itu.”

Sambung Rasullullah S.A.W. lagi:
“Kalau orang yang nazak itu orang yang beriman, maka malaikat Jibril A.S. akan menebarkan sayapnya yang disebelah kanan sehingga orang yang nazak itu dapat melihat kedudukannya di syurga. Apabila orang yang beriman itu melihat syurga, maka dia akan lupa kepada orang yang berada disekelilinginya. Ini adalah kerana sangat rindunya pada syurga dan melihat terus pandangannya kepada sayap Jibril A.S.”
Kalau orang yang nazak itu orang munafik, maka Jibril A.S. akan menebarkan sayap disebelah kiri. Maka orang yang nazak tu dapat melihat kedudukannya di neraka dan dalam masa itu orang itu tidak lagi melihat orang di sekelilinginya. Ini adalah kerana terlalu takutnya apabila melihat neraka yang akan menjadi tempat tinggalnya.

Dari sebuah hadis bahwa apabila Allah S.W.T. menghendaki seorang mukmin itu dicabut nyawanya maka datanglah malaikat maut. Apabila malaikat maut hendak mencabut roh orang mukmin itu dari arah mulut maka keluarlah zikir dari mulut orang mukmin itu dengan berkata:
“Tidak ada jalan bagimu mencabut roh orang ini melalui jalan ini kerana orang ini sentiasa menjadikan lidahnya berzikir kepada Allah S.W.T.”

Setelah malaikat maut mendengar penjelasan itu, maka dia pun kembali kepada Allah S.W.T. dan menjelaskan apa yang diucapkan oleh lidah orang mukmin itu. Lalu Allah S.W.T. berfirman yang bermaksud:
“Wahai malaikat maut, kamu cabutlah ruhnya dari arah lain.”

Sebaik saja malaikat maut mendapat perintah Allah S.W.T. maka malaikat maut pun cuba mencabut roh orang mukmin dari arah tangan. Tapi keluarlah sedekah dari arah tangan orang mukmin itu, keluarlah usapan kepala anak-anak yatim dan keluar penulisan ilmu.
Maka berkata tangan : Tidak ada jalan bagimu untuk mencabut roh orang mukmin dari arah ini, tangan ini telah mengeluarkan sedekah, tangan ini mengusap kepala anak-anak yatim dan tangan ini menulis ilmu pengetahuan.”
Oleh kerana malaikat maut gagal untuk mencabut roh orang mukmin dari arah tangan maka malaikat maut cuba pula dari arah kaki. Malangnya malaikat maut juga gagal melakukan sebab kaki berkata: “Tidak ada jalan bagimu dari arah ini kerana kaki ini sentiasa berjalan berulang alik mengerjakan solat dengan berjemaah dan kaki ini juga berjalan menghadiri majlis-majlis ilmu.”

Apabila gagal malaikat maut, mencabut roh orang mukmin dari arah kaki, maka malaikat maut cuba pula dari arah telinga. Sebaik saja malaikat maut menghampiri telinga maka telinga pun berkata:”Tidak ada jalan bagimu dari arah ini kerana telinga ini sentiasa mendengar bacaan Al-Quran dan zikir.”
Akhir sekali malaikat maut cuba mencabut orang mukmin dari arah mata tetapi baru saja hendak menghampiri mata maka berkata mata:”Tidak ada jalan bagimu dari arah ini sebab mata ini sentiasa melihat beberapa mushaf dan kitab-kitab dan mata ini sentiasa menangis kerana takutkan Allah.”Setelah gagal maka malaikat maut kembali kepada Allah S.W.T.
Kemudian Allah S.W.T. berfirman yang bermaksud : “Wahai malaikatKu, tulis AsmaKu ditelapak tanganmu dan tunjukkan kepada roh orang yang beriman itu.” Sebaik saja mendapat perintah Allah S.W.T. maka malaikat maut menghampiri roh orang itu dan menunjukkan Asma Allah S.W.T. Sebaik saja melihat Asma Allah dan cintanya kepada Allah S.W.T maka keluarlah roh tersebut dari arah mulut dengan tenang.
Abu Bakar R.A. telah ditanya tentang kemana roh pergi setelah ia keluar dari jasad. Maka berkata Abu Bakar R.A:”Roh itu menuju ketujuh tempat :
1. Roh para Nabi dan utusan menuju ke Syurga Adnin.
2. Roh para ulama menuju ke Syurga Firdaus.
3. Roh mereka yang berbahagia menuju ke Syurga Illiyyina.
4. Roh para shuhada berterbangan seperti burung di syurga mengikut kehendak mereka.
5. Roh para mukmin yang berdosa akan tergantung di udara tidak di bumi dan tidak di langit sampai hari kiamat.
6. Roh anak-anak orang yang beriman akan berada di gunung dari minyak misik.
7. Roh orang-orang kafir akan berada dalam neraka Sijjin, mereka diseksa berserta jasadnya hingga sampai hari Kiamat.”

Telah bersabda Rasullullah S.A.W: Tiga kelompok manusia yang akan dijabat tangannya oleh para malaikat pada hari mereka keluar dari kuburnya:
1. Orang-orang yang mati syahid.
2. Orang-orang yang mengerjakan solat malam dalam bulan ramadhan.
3. Orang berpuasa di hari Arafah.
Baca Selengkapnya - Tanda-Tanda Kematian

TELAAH SERAPA BAHASA ARAB : (dari Romadhon : Ramadan, Sholat : Salat)


Abdul Gaffar Ruskhan Pusat Bahasa
1. Pendahuluan
Dalam bulan Ramadan kita banyak menemukan istilah agama Islam yang tentu berasal dari bahasa Arab. Misalnya, Ramadhan/Ramadhon/Ramadan, shalat/sholat/ salat, dzuhur/dhuhur/zuhur, shubuh/subuh, imsakiyyah/ imsakiyah/imsakiah. Istilah itu sejatinya merupakan istilah lama yang kemunculannya lebih kerap pada bulan puasa. Setiap datang bulan puasa, pemakai bahasa kadang-kadang bingung karena disodorkan istilah agama Islam yang penulisannya bervariasi. Variasinya itu lebih banyak lagi dalam media cetak. Penulis berita pun termasuk mereka yang bingung untuk menuliskan istilah bakunya di antara variasi itu. Karena itu, FBMM memilih topik tentang Ramadhan atau Ramadan dan Shalat/Sholat atau Salat.
Jika kita berbicara tentang istilah agama Islam, masalah yang timbul adalah apakah istilah itu harus kita tuliskan sesuai dengan lafal bahasa Arabnya. Sebuah istilah memang mengandung sebuah konsep yang tentu berkaitan dengan bidang yang diwakili oleh konsep itu berupa kata/istilah. Dalam agama Islam terdapat banyak konsep yang perlu dilambangkan dengan kata/istilah. Sebuah kata sebagai lambang sebuah konsep yang berkaitan dengan hal-hal keislaman dapat kita sebut istilah agama Islam.
Istilah agama Islam memang berasal dari bahasa Arab. Bahasa Arab, sebagaimana kita ketahui, memiliki bunyi dan lambang bunyi yang berbeda dengan bunyi dan lambang bunyi bahasa Indonesia. Lambang bunyi bahasa Arab kita kenal dengan huruf Arab yang ditulis dari kanan ke kiri di samping ada bunyi panjang (mad) yang membedakan makna. Karakter dan bunyinya berbeda dengan karakter dan bunyi bahasa Indonesia berupa huruf Latin. Karena itu, huruf Arab harus dialihhurufkan (ditransliterasikan) ke huruf Latin. Inilah yang memunculkan masalah dalam penulisan istilah agama Islam. Akibatnya, muncul berbagai bentuk transliterasi Arab ke Latin.
2. Transliterasi Arab-Latin
Ada beberapa bunyi bahasa Arab yang tidak dimiliki oleh bahasa Indonesia. Misalnya, huruf śa /ś/ (ث), şad /ş / (ص), dad /d/ (ض), ta /t/ (ط), za /z/ (ظ), zal /z/ (ذ), ha /h/ (ح), ain /’/ (ع), dan gain /g/ (غ). Di dalam transliterasinya, masing-masing dilambangkan ke dalam huruf Latin dengan bentuk yang berbeda. Pada transliterasi lama, kita akan menemukan huruf rangkap untuk melambangkannya. Misalnya, ts (ث), sh (ص), dh/dl (ض), th (ط), zh (ظ), dz (ذ), ch (ح), dan gh (غ) atau dengan simbol, seperti ’ (ع). Transliterasi seperti itu masih bertahan sampai saat ini. Kemudahan untuk menggabung dua huruf untuk melambangkan sebuah bunyi dalam bahasa Arab merupakan salah satu alasan mengapa penulisan itu masih bertahan.
Pada tahun 1989 pemerintah sudah memikirkan masalah kebingungan masyarakat untuk mentranslierasikan huruf Arab-Latin. Akhirnya, pemerintah berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama Nomor 158/1989 dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543/1989 mengeluarkan Pedoman Transliterasi Arab-Latin, yang prinsipnya setiap bunyi dilambangkan dengan sebuah huruf, kecuali yang sudah berlaku dalam EYD, seperti sy dan kh. Sementara itu, lambang untuk huruf yang selama ini menggunakan huruf rangkap disepakati dengan satu huruf ditambah tanda diakritik, baik di bawah maupun di atas huruf. Misalnya, huruf śa /ś/ (ث), şad /ş / (ص), dad /d/ (ض), ta /t/ (ط), za /z/ (ظ), zal /ż/ (ذ), ha /h/ (ح), ain /’/ (ع), dan gain /g/ (غ). Huruf itu digunakan secara resmi dalam penulisan kata yang ditransliterasi ke dalam bahasa Indonesia.
Perlu diingat bahwa pilihan untuk memberi tanda diakritik untuk mewakili beberapa bunyi bahasa Aab itu di samping tidak akan menimbulkan kesalahan dalam mengucapkannya juga akan memudahkan penyerapannya ke dalam bahasa Indonesia. Kesalahan baca terjadi karena ada kemungkinan dua huruf itu akan dibaca menjadi dua huruf yang berbeda, seperti adzan, ashar, fatsal, dan nazhar akan dibaca ad-zan, as-har, fat-sal, dan naz-har. Padahal, dua huruf itu melambangkan satu bunyi. Karena itu, pelambangannya dengan satu huruf merupakan solusi yang terbaik, apalagi akan memudahkan penyerapan ke dalam bahasa Indonesia. Dengan tidak memberi tanda diakritik, kata yang ditransliterasi akan menjadi kata serapan dalam bahasa Indonesia.
3. Keraguan antara Kata Serapan dan Transliterasi
Transliterasi hanya digunakan untuk mengalihhurufkan tulisan Arab ke tulisan Latin (Indonesia). Pada umumnya, penerapan transliterasi itu sesuai dengan kaidah masing-masing, baik kaidah yang digunakan oleh organisasi keagamaan, lembaga pendidikan, maupun media massa. Yang perlu dipahami adalah bahwa kaidah transliterasi itu tidak lagi digunakan untuk menuliskan kata-kata maupun istilah yang terserap ke dalam bahasa Indonesia. Misalnya, kata misal, pasal, hadir, taat, sabar, izin, dan sahabat tidak lagi ditulis mitsal, patsal (fatsal), hadlir, tha’at, shabar, idzin, dan shahabat. Kata-kata itu tidak lagi kita pandang sebagai bahasa Arab walaupun asal-usulnya berasal dari bahasa Arab. Begitu pula, istilah subuh, zuhur, asar, magrib, Safar, Rabiulawal, Rabiulakhir, Syakban, Ramadan, Syawal, Zulkaidah, dan Zulhijah sudah merupakan istilah agama Islam yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia. Penulisannya jelas tidak dilakukan seperti shubuh, dzuhur, ashar, maghrib, Shafar, Rabi’ulawwal, Rabi’ulakhir, Sya’ban, Ramadhan, Syawwal, Dzulkaidah, dan Dzulhijjah. Jika penulisannya itu masih mempertahankan keaslihannya, berarti kata dan istilah itu masih kita anggap asing sehinga penulisan menggunakan huruf miring.
Untuk itu, ada baiknya disimak data dalam berbagai media massa seperti berikut.
(1) Jadwal Imsakiyah Ramadhan 2009/1430 H: Ramadhan, Imsak, Subuh, Syuruq, Ashar, Maghrib, Isya (Imsakiah Garuda Indonesia) dalam Kompas.
(2) Semarak Ramadhan: Tips Ramadhan, Puasa (Kompas, 26-8-2009:41)
(3) Mereka (Jusuf Kalla_Habibi) berada di Mekkah untuk menunaikan ibadah umroh, khususnya pada suci Ramadhan (Kompas, 26-8-2009:3).
(4) Ramadhan: Bulan Tarbiyah dan Investasi; Jadwal Imsakiyah: Imsak, Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya (Republika, 21-8-2009:1)
(5) Awal Bulan Qomariyah...; Sebagai contoh, pada 20 Agustus 2009 terjadi keadaan 2, puasa awal Ramadhan adalah 22 Agustus. Pada 19 September terjadi keadaan 3, hilal sekitar 6 derajat, maka 1 Syawwal jatuh pada 20 September. Terakhir 16 November terjadi keadaan 1, maka awal Dzulhijjah jatuh pada 18 November. (Republika, 21-8-2009:4)
(6) Lantaran itu, di kampungnya, Palembang, dia mengisi Ramadhan dengan hal-hal yang positif ... (Rakyat Merdeka, 27-8-2009:1)
(7) Pergerakan harga gula pasir di dikarenakan pasokan gula kurang dalam atu pekan memasuki bulan Ramadhan (Pos Kota, 29-8-2009:1).
(8) Hilal tidak Tampak, 1 Ramadan Besok (Media Indonesia, 21-8-2009:1). Bandingkan dengan iklan yang dimuat MI: Selamat Menunaikan Ibadah Puasa RAMADHAN 1430 H (MI, 21-8-2009:10)
(9) Gema Ramadan (Koran Tempo, 26-8-2009:B2). Bandingkan dengan ”Suasana Ramadhan di surau Alkaustar, Blora, Tetap semarak meski tanpa takjil”. (Koran Tempo, 26-8-2009:B2)
(10) Cahaya langit Dompet Dhuafa (Koran Tempo, 26-8-2009:B3)
(11) Gubernur DKI Jakarta telah mengeluarkan kebijakan agar jam masuk kantor PNS dikurangi satu jam selama Ramadan (Koran Jakarta, 27-8-2009:17)
(12) Mereka (para PSK) tidak memedulikan bulan suci Ramadan (Warta Kota, 28-8-2009:7).
Media massa merupakan sarana pembinaan bahasa Indonesia yang memiliki jangkauan khalayak yang luas. Setiap kata ataupun istilah yang disajikan oleh media massa mestinya dapat dijadikan acuan bagi pembaca atau pemirsanya. Namun, kenyataanya masih banyak madia massa yang menyajikan kata atau istilah yang tidak mengikuti kaidah yang baku. Bahkan, tidak jarang data yang sama ditulis secara tidak konsisten dalam media yang sama. Data di atas mrupakan bukti bagi kita bahwa media massa masih banyak yang menulis istilah agama Islam yang keliru. Kata Ramadan ditulis dengan Ramadan (KJ dan WK), tetapi ada juga yang tidak konsisten yang adakalanya ditulis Ramadhan (MI dan KT). Ada pula yang menulis Ramadhan secara konsisten (seperti Kompas, Republika, RM, PK). Bahkan, nama progam Ramadan di setiap televisi masih menuliskan Ramadan dengan Ramadhan, seperti Gema Ramadhan, Inspirasi Ramadhan Metro TV), Cinta Ramadhan (JakTV).
Istilah lain seperti tarbiyah, imsakiyah, shubuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, Syuruq, umroh, dhuafa, Syawwal, Dzulhijjah, dan Qomariyah masih menggunakan penulisan yang tidak baku. Seharusnya isilah itu dituliskan tarbiah, imsakiah (tanpa y), Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, syuruk (dengan k), umrah (bukan o), duafa, Syawal (satu w), Zulhijah (dengan z dan satu j), dan Kamariah (huruf k, bukan o, tanpa y).
4. Faktor Kesalahan dan Solusinya
Mengapa masyarakat masih saja menggunakan tulisan yang mendekati bunyi Arabnya yang dinyatakan dalam transliterasi? Ada beberapa alasan, menurut pandangan penulis, antara lain adalah sebagai berikut.
a. Kelaziman yang sudah melekat itu memang sulit dihilangkan sehingga tulisan yang sudah digunakan selama ini masih dipertahankan.
b. Keinginan kalangan agama Islam yang ingin mempertahankan keasliannya sehingga sebuah istilah atau kata yang berasal dari bahasa Arab diucapkan seperti bahasa Arabnya. Hal ini muncul dari kalangan yang berlatar belakang bahasa Arab atau santri.
c. Keinginan mempertahankan keasliannya karena ada anggapan bahwa kata Arab dengan huruf tertentu dapat membedakan makna jika diganti dengan huruf yang mirip, seperti ashar ’waktu petang’ dengan atsar ’bekas; jejak; hadis’. Kata qalbu ”hati’ dan kalbu ’anjing’.
d. Ada segi kemudahan menuliskan kata yang dianggap kearab-araban itu dengan huruf rangkap daripada huruf bertanda diakritik. Lambang yang terakhir itu masih belum banyak dimiliki oleh pengguna, termasuk belum ada dalam program komputer pada umumnya.
e. Ada kelompok masyarakat yang ”ikut-ikutan” menuliskannya dengan alasan mengikuti yang sudah ada tanpa ada usaha untuk mencari penulisan yang benar.
f. Ada kelompok yang tidak mau dikritik apabila ”berani” menuliskan kata atau istilah yang berbeda dari biasanya. Ini merupakan pengalaman penulis ketika menuliskan Ramadan tanpa h dalam rubrik yang penulis asuh sehingga Ramadan yang penulisannya sudah benar diubah menjadi Ramadhan.
Untuk mengatasi alasan itu ada beberapa hal yang perlu dipahami.
a. Setiap bahasa tidak luput dari pengaruh bahasa lain. Bahasa Indonesia cukup banyak menerima pengaruh dari berbagai bahasa, termasuk bahasa Arab yang banyak menyumbangkan kosakatanya. Jika kata Arab itu sudah menjadi khazanah bahasa Indonesia, kata itu harus tunduk ke dalam kaidah bahasa Indonesia, termasuk penulisan istilah.
b. Jika sebuah kata/istilah yang langsung diambil dari bahasa Arab, artinya belum pernah digunakan selama ini, langkah awal adalah mentransliterasikannya. Transliterasi yang digunakan adalah transliterasi resmi, yakni menggunakan prinsip satu bunyi dengan satu huruf yang diberi tanda diakritik. Penulisan selain itu akan tetap membingungkan pembaca. Kata ashar dan adzan akan membingungkan karena akan dibaca as-har dan ad-zan. Apalagi, kata-kata itu tidak perlu lagi ditransliterasi, tetapi ditulis sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia.
c. Pusat Bahasa bersama dengan pakar agama Islam, baik dari akademisi, wakil lembaga keislaman, ahli bahasa telah menyepakati bahwa istilah agama Islam yang berasal dari bahasa Arab diindonesiakan dengan mengikuti ejaan bahasa Indonesia. Misalnya, salat, tausiah, raksumal ’modal’, tablig, mukhatarah ’risiko’ tidak ditulis shalat, taushiyyah, ra’sumaal ’modal’, tabligh, mukhatharah.
d. Bahasa mengenal bahwa sebuah kata dapat memiliki makna yang berbeda, yakni homonimi. Kekhawatikan makna yang berbeda itu tidak perlu terjadi karena mau tidak mau bahasa apa pun akan mencatatnya sebagai kosa kata yang berbeda. Bandingkan dengan kata hak yang memiliki berbagai makna yang tidak ada hubungan antara yang satu dan yang lain.
e. Perlu ada kesadaran dan keberanian untuk menuliskan istilah agama Islam yang disesuaikan dengan kaidah ejaan bahasa Indonesia; apabila diperlukan, dapat diikuti dengan translirerasinya yang dituliskan dengan huruf miring. Keragu-raguan penulisan terhadap sebuah istilah menandakan tidak adanya keberanian pengguna untuk menentukan istilah yang baku.
f. Pengadaan program lambang huruf (font) transliterasi Arab-Latin yang resmi perlu dilakukan agar memudahkan pengguna memilih lambang huruf yang diharapkan.
Upaya yang dilakukan untuk menuliskan kata/istilah agama Islam dalam bahasa Indonesia merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, terutama oleh media massa. Masalah yang muncul selama ini dapat diatasi dengan beberapa solusi yang dikemukakan di atas. Dengan demikian, pengguna, khususnya media massa, dapat menuliskan kata atau istilah itu secara taat dan konsisten.
5. Penutup
Penyerapan kata/istilah dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dimaksudkan untuk memperkaya khazanah bahasa Indonesia. Kata/istilah bahasa Arab yang belum terserap dapat dituliskan dengan menggunakan transliterasi Arab-Latin. Untuk itu, ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian pengguna bahasa Indonesia, khususnya kalangan media massa.
a. Dalam madia massa penggunaan kata serapan bahasa Arab tidak dapat dihindari, terutama istilah agama Islam. Penulisan kata atau istilah itu perlu berpedoman kepada kaidah yang baku agar pembaca atau pemirsa tidak bingung. Karena itu, kata seperti Ramadan, salat, subuh, zuhur, Asar, Magrib, tarbiah, imsakiah, syuruk, umrah, duafa, Syawal, Zulhijah, dan Kamariah merupakan istilah baku yang perlu disosialisasikan.
b. Penulisan transliterasi hanya berlaku untuk mengalihkan huruf Arab ke dalam huruf Latin (Indonesia). Hasil transliterasi itu ditulis dengan menggunakan huruf miring karena dianggap kata asing. Transliterasi tidak berlaku pada kata umum dan istilah agama Islam yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia.
c. Kesadaran bahwa kata atau istilah apa pun yang digunakan dalam masyarakat bahasa akan berintegrasi dengan bahasa tersebut sehingga kata dan istilah itu akan tunduk kepada kaidah bahasa yang bersangkutan.
d. Kalangan keagamaan perlu memiliki keikhlasan agar kata Arab yang digunakan sebagai kata umum dan istilah tidak lagi milik bahasa Arab, tetapi sudah menjadi milik pengguna bahasa Indonesia sehingga penulisannya mengikuti kaidah bahasa Indonesia.
e. Semua media massa, baik cetak maupun elektronik, perlu menyepakati penulisan kata dan istilah Arab yang baku dalam media masing-masing agar peran media massa sebagai sarana pembinaan bahasa Indonesia terwujud.

Daftar Pustaka
Anttila, Raimo. 1972. An Introduction to Historical and Comparative Linguistics. New York: MacMillan.
Badudu, J.S. 1991. "Pengaruh Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia". Makalah dalam "Konferensi dan Musyawarah Nasional VI Masyarakat Linguistik Indonesia. Semarang.
Baried, Siti Baroroh. 1982. "Bahasa Arab dan Perkembangan Bahasa Indonesia". Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Emzir. 1994. "Perubahan Makna Kosa Kata Bahasa Indonesia yang Berasal dari Bahasa Arab". Dalam majalah Nadi'l-Lughah al Arabiyyah. Malang.
Hasjmi, A. 1993. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia. Bandung: Almaarif.
Moeliono, Anton M. 1968. "Masalah Asli dan Asing dalam Bahasa Indonesia. Dalam Anton M. Moeliono. 1989. Kembara Bahasa: Kumpulan Karangan Tersebar. Jakarta: Gramedia.
Ruskhan, Abdul Gaffar et al. 2002. Pungutan Padu dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
---------. 2005. “Unsur Serapan Bahasa Arab dalam Bahasa Indonsia”. Makalah dalam Seminar FBMM, 28 Oktober 2005, Gedung Bentara Budaya, Kompas
---------. 2007. Bahasa Arab Dalam Bahasa Indonesia: Kajian Pungutan Bahasa. Jakarta: Grasindo.
Weinreich, Uriel. 1953. Languages in Contact: Findings and Problems. The Hague: Mouton.
Lampiran
DAFTAR KATA BAKU SERAPAN BAHASA ARAB
Nonbaku Baku
adzan azan
afdhal afdal
aliyah aliah
ashar asar
aqad akad
aqidah akidah
aqiqah akikah
ashar asar
azas asas
bai’at baiat
baitulmaal baitulmal
baligh balig
bathin batin
dhaif daif
dharuri daruri
dhuzur zuhur
dhuafa duafa
do’a doa
dzikir zikir
Dzulqaidah Zulkaidah
Dzulhijjah Zulhijah
Fadhilah fadilah
fithrah fitrah
fuqaha fukaha
fiqh fikih
haqiqat/hakekat hakikat
ibtidaiyah/ibtidaiyyah ibtidaiah
Idul Adha/Aidul Adha Iduladha
Idul Fitri/Aidul Fitri Idulfitri
imsakiyah imsakiah
infaq infak
intifadhah intifadah
istighfar istigfar
istighasah istigasah
iqamat ikamat
Isro’ Mi’raj Isra Mikraj
istihadhah istihadah
jahiliyah jahiliah
Ka’bah Kakbah
lafadh lafal
maghrib magrib
maghfirah/maghfiroh magfirah
Makkah/Mekkah Makah
Medinah Madinah
ma’rifat makrifat
maghfirah/maghfiroh magfirah
maghrib magrib
muadzdzin muazin
Muharram Muharam
mustahiq mustahik
muzakki muzaki
nash hadits nas hadis/teks hadis
nadhar nalar
Qomariyah/Qamariyyah Kamariah
ra’sul maal raksulmal
Rabi’ul Awwal Rabiulawal
Rabi’ul Akhir Rabiulakhir
Ramadhan Ramadan
ru’yah rukyah
shadaqah/shodaqah sedekah
Shafar Safar
Shahabat sahabat
shalat/sholat salat
shalat dhuha salat duha
shabar/shobar sabar
shaleh/sholeh saleh
shubuh subuh
sunnah sunah
Sya’ban Syakban
syari’ah/syar’iyyah/syareat syariah
Syawwal Syawal
syuruq syuruk
tha’at/thoat taat
tsanawiyyah sanawiah
tabayyun tabayun
tabligh tablig
tadzkirah tazkirah
talbiyah talbiah
taushiyah tausiah
tayammum tayamum
ummat umat
umroh umrah
ustadz ustaz
wassalam wasalam
zhahir lahir
zhalim zalim
zhihar zihar
zhuhur zuhur


[1] Makalah yang disajikan dalam Seminar Forum Bahasa Media Massa, 8 September 2009, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Tarumanegara, Jakarta
Baca Selengkapnya - TELAAH SERAPA BAHASA ARAB : (dari Romadhon : Ramadan, Sholat : Salat)